+6281 1987 271
[email protected]
Beranda
Profil
Berita
Artikel
Video
[UPDATE]: Gempabumi M 6.4, Berikut Imbauan Kepala BNPB Bagi Masyarakat Terdampak
SIARAN PERS BNPB
30 Agustus 2022
606/Pers-PusdatinKK/BNPB/Dis.
02.01/VIII/2022
UMMATTV, JAKARTA - Gempabumi dengan kekuatan magnitudo (M) 6.4 yang terjadi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Senin (29/8) telah memiliki 13 kali gempa susulan dengan kekuatan dari M 3.5 hingga maksimum M 6.4. Rangkaian gempa tersebut terjadi di segmen megathrust Mentawai yang diketahui menyimpan potensi energi gempa hingga M 8.9, dan berpotensi mampu memicu tsunami.
Data per Selasa (30/8) pukul 07.00 WIB, dilaporkan satu gedung SMP N 3 Simalegi rusak ringan, satu unit SDN 11 Simalegi rusak berat, satu gedung Puskesmas Betaet rusak ringan, satu gereja rusak ringan, satu gedung aula kantor camat Siberut Barat rusak ringan dan lainnya masih dalam pendataan.
Guncangan gempabumi yang dirasakan cukup kuat di Pulau Siberut itu telah memaksa 2.326 warga mengungsi ke perbukitan. Penambahan jumlah pengungsi tersebut dipicu adanya kekhawatiran masyarakat apabila terjadi gempabumi susulan yang dapat berpotensi tsunami.
Menyikapi fenomena tersebut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suhayanto S.Sos., M.M., mengeluarkan imbauan kesiapsiagaan bagi pemangku kebijakan dan masyarakat di Provinsi Sumatera Barat, khususnya yang terdampak gempabumi.
Adapun imbauan yang pertama, Kepala BNPB meminta agar masyarakat yang masih mengungsi di perbukitan agar dapat kembali ke rumah masing-masing, terutama bagi mereka yang rumahnya tidak mengalami kerusakan akibat gempabumi. Suharyanto memastikan bahwa rentetan gempabumi yang terjadi tidak memicu tsunami, sebagaimana merujuk pada laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Rangkaian gempa pada hari Senin (29/8) tidak memicu tsunami, untuk itu masyarakat yang saat ini mengungsi di daerah perbukitan bisa kembali ke rumah masing-masing, bagi yang rumahnya tidak mengalami rusak struktur/rusak berat akibat gempa," jelas Suharyanto, Selasa (30/8).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Suharyanto bahwa rumah yang rusak struktur itu dapat berupa rumah dengan kondisi patah tiang penyangga, kerusakan masif pada dinding dan kerusakan pada penyangga atau penyusun atap. Apabila menemui kondisi seperti itu, maka diimbau agar pemilik rumah segera melaporkan kepada BPBD setempat.
"Masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan struktur atau rusak berat dapat melaporkan data kerusakan bangunan tersebut kepada BPBD setempat untuk pendataan," jelas Suharyanto.
Lebih lanjut, Suharyanto juga mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi gempabumi susulan. Peringatan dini gempabumi dapat diperoleh dengan memanfaatkan barang-barang yang mudah dijumpai di rumah seperti menyusun kaleng secara bertingkat. Hal itu bertujuan dapat menjadi 'alarm' apabila terjadi gempabumi.
Di samping itu, Suharyanto juga mengingatkan agar masyarakat dapat memastikan jalur evakuasi keluar dari rumah tidak terhalang oleh benda dengan ukuran besar seperti lemari, meja, kulkas dan sebagainya.
"Pelihara terus kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi gempa susulan. Masyarakat di dalam rumah bisa menyiapkan peringatan dini gempa sederhana dengan menyusun kaleng-kaleng bekas yang disusun bertingkat, sehingga jika terjadi gempa kaleng jatuh dan menimbulkan bunyi sebagai pertanda harus evakuasi keluar rumah," ujar Suharyanto.
"Pastikan tidak ada barang-barang besar seperti lemari, kulkas, meja dan lain-lain yang bisa menghalangi proses evakuasi keluar rumah saat terjadi gempa," imbuhnya.
Terakhir, khusus bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, Suharyanto berpesan agar apabila terjadi gempabumi yang berlangsung lebih dari 30 detik, maka diharapkan untuk segera menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terajadinya tsunami.
"Jika gempa berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 30 detik baik itu dengan guncangan keras maupun mengayun, masyarakat yang berada di daerah pantai agar segera lari ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadi tsunami," pungkas Suharyanto.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Sebelumnya :
SDQu Wahdah Islamiyah Hadirkan Konselor Remaja Kak Syarief
Selanjutnya :
Prof Veni Hadju : STUNTING (1)
Kategori
Artikel
Berita
Program Acara
Event
Foto
Audio
Video
Muslimah
Ummat TV Peduli
Info
Pemotongan dan Penyaluran Hewan Qurban di Masjid Al Itisham Budi Agung Bogor Sebanyak 53 Ekor*ko
Postingan Terbaru
Rakernas PJMI 2025: Bangun Ekosistem Pers Islami yang Etis dan Adaptif di Era AI dan Disrupsi Digital
Jul 26, 2025
Dr. Totok : Kepemimpinan Empatik Kunci Yayasan Pendidikan yang Berkelanjutan
Jul 26, 2025
SD Wahdah 03 Makassar Lakukan Aksi Solidaritas Palestina
Jul 26, 2025
Dr. Totok : Membangun Pendidikan Melalui Komunikasi yang Tulus dan Visioner
Jul 25, 2025
PJMI Gelar Rakernas 2025, Soroti Peran Jurnalis Muslim Hadapi Disrupsi Digital dan AI
Jul 25, 2025
Media sebagai Alat Dakwah dan Pendidikan: Kembali ke Akar Tradisi Islam
Jul 25, 2025
Dari Jakarta ke Pelosok Sulawesi, Cahaya Al-Qur’an Menyala Lewat Pesantren Gratis
Jul 25, 2025
Ustaz Hasbin : Makna dan Pentingnya Talaqqi dalam Mempelajari Al-Qur’an
Jul 20, 2025
TKIT Wihdatul Ummah Makassar Luncurkan 4 Ekstrakurikuler Baru di 2025-2026
Jul 20, 2025
Rakernas APSKI 2025 : Poros Penting Ekosistem Kewirausahaan Nasional
Jul 20, 2025