Dr. Totok : “Anak-anak hari ini hidup dalam dunia yang berbeda. Mereka lebih akrab dengan TikTok, YouTube, dan dunia digital. Guru yang tidak memahami itu akan tertinggal,”
Di tengah geliat dunia pendidikan Indonesia yang terus berubah, tantangan komunikasi kerap muncul sebagai akar masalah yang merusak semangat kolaborasi di sekolah maupun lembaga pendidikan tinggi. Dari ruang kelas hingga ruang rapat yayasan, miskomunikasi bisa menimbulkan ketegangan antar guru, kepala sekolah, pengurus, bahkan orang tua.
Dalam wawancara khusus di Kampus IMDE (Institut Media Digitel Emtek) , Komplek Indosiar Jakarta Barat, Rektor IMDE, Dr. Totok Amin Soefijanto, Ed.D, membagikan pandangannya secara mendalam mengenai pentingnya komunikasi dalam ekosistem pendidikan.
“Pendidikan adalah proses membangun masa depan. Tapi seringkali pengelolanya justru hidup dalam masa lalu. Maka, komunikasi menjadi jembatan antargenerasi, antarperan, dan antarhati,” ujar Dr. Totok membuka perbincangan.
Komunikasi: Bukan Sekadar Bicara, Tapi Memahami
Menurut Dr. Totok, komunikasi dalam pendidikan bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi soal memahami latar belakang, kebutuhan, dan cara berpikir setiap individu baik murid, guru, maupun pengelola.
“Anak-anak hari ini hidup dalam dunia yang berbeda. Mereka lebih akrab dengan TikTok, YouTube, dan dunia digital. Guru yang tidak memahami itu akan tertinggal,” jelasnya.
Ia mencontohkan bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam dalam sejarah dikenal sebagai pendidik ulung yang menyampaikan pesan dengan cara menyenangkan dan penuh kasih, bukan dengan nada memaksa atau menggurui.
Guru: Teladan dan Komunikator Utama
Dr. Totok menegaskan bahwa guru adalah ujung tombak pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu, komunikasi guru tidak cukup hanya verbal, tetapi harus terlihat dalam sikap dan teladan sehari-hari.
“Kalau kita menuntut murid tepat waktu, maka guru harus lebih tepat waktu. Kalau guru mengajarkan akhlak, maka akhlaknya sendiri harus lebih baik. Walk the talk,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada kenyamanan emosi antara guru dan siswa. Guru yang komunikatif, empatik, dan terbuka akan menciptakan ruang belajar yang kondusif.
Artikel di atas merupakan hasil Wawancara Eksklusif bersama Rektor IMDE, Dr. Totok Amin Soefijanto, Ed.DLokasi: Kampus IMDE, Komplek Indosiar, Daan Mogot, JakartaReporter: Anwar Aras